MKKMSBYPost 12/6/2013
– Menteri Agama Suryadharma Ali, meminta pemerintah daerah/kota turut serta
membantu mengembangkan madrasah dan lembaga pendidikan agama. Ini menyusul
tantangan besar yang menghadang madrasah. Terutama dari segi pembiayaan dan
peningkatan kualitas.
“Jangan
haramkan APBD untuk lembaga pendidikan
agama,”katanya saat peresmian dan pelatakan batu pertama Gedung MTs Nurul
Ikhlas Legok Widara Drangong Taktakan Serang, Banten, Senin (11/6).
Hadir dalam
peresmian sekaligus peletakkan batu pertama itu, Direktur Madrasah Kemenag,
Dedi Djubaedi, Walikota Serang Tubagus Haerul Jaman, dan delegasi Pemda Banten.
Tak ketinggalan, para tokoh agama dan masyarakat.
Status swasta
yang dimiliki madrasah, sambung Menag, menjadikan lembaga ini murni di bawah
manajerial pimpinan, biasanya kiai. Jika tidak didukung kemampuan berkomunikasi
dan finansial, rasanya berat madrasah tertentu berkembang. “Ini tantangan kita
semua,” katanya.
Apalagi kata
Menag, alokasi APBN kini cukup besar untuk pendidikan,
yakni 20 persen. Penting memperhatikan pula madrasah dan tidak menomorduakan
lembaga itu. Perhatian instansi terkait ini penting agar para putra bangsa
menikmati bangku sekolah. Menag meminta pula agar kesejahteraan guru
diperhatikan. Dia menyampaikan rasa prihatin ternyata masih ada guru berhonor
Rp 600 ribu, pertahun. “Itupun dibayar berbarengan dengan THR hari raya,” ungkapnya.
Menag pun
mengingatkan jajarannya, agar jajarannya turun ke bawah. Ini penting untuk
melihat realita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dia tak ingin
fenomena menyedihkan dunia pendidikan terus terulang. Dia menyebut peristiwa
ambruknya madrasah di Lebak, Banten dulu terulang dan kisah Fatimah, gadis
kecil asal Cirebon yang putus sekolah lalu bekerja sebagai pemecah batu dengan
upah Rp. 6000 perhari.
Dia
berkeyakinan, mestinya kenaikan pendapatan negara itu akan menambah besaran
alokasi pendidikan dari 20 persen tersebut. Artinya, seyogianya tak ada lagi
sekolah ambruk ataupun siswa yang tak bersekolah. “Pasti ada yang salah dari
birokrasi, turunlah ke bawah,”pintanya. Acara ditutup dengan peletakkan batu
pertama dan pementasan kesenian khas Banten, Debus.